-->

Laman

Minggu, 11 Maret 2012

Langkah-langkah dan Strategi Memotivasi Siswa


Dalam mendorong keberhasilan mewujudkan tujuan belajar, motivasi merupakan penentu yang sangat penting, bagaikan bensin yang dapat menggerakan mesin mobil menuju tempat tujuannya. Bagitulah arti penting motivasi, sebagaimana yang didefinisikan oleh Elliot (2000) bahwa motivasi adalah keadaan internal yang menyebabkan kita bertindak, mendorong kita pada arah tertentu, dan menjaga kita tetap bersemangat pada aktivitas tertentu.Motivasi membantu siswa cepat memahami pelajaran secara lebih baik sehingga mampu meraih tujuan belajar.
Pada dasarnya, motivasi ada dua jenis, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
  1. Motivasi intrinsik timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
  2. Motivasi ekstrinsik timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.
Sebagian siswa mungkin memiliki antusiasme dan motivasi tinggi terhadap pelajaran yang diberikan guru. Namun, sebagian besar siswa yang lain membutuhkan  guru mereka menginspirasi, memberikan tantangan, dan menstimulasi mereka.
Bagi siswa yang bermotivasi diri rendah peranan guru sangat penting dalam meningkatkan motivasi ekstrinsiknya. Karakter dan tindakan guru di ruang kelas dapat mentransformasi derajat motivasi siswa sehingga menjadi lebih tinggi atau sebaliknya.
Sebagian besar siswa pada dasarnya akan merespon positif terhadap pengajaran kelas yang terorganisir dan guru yang tulus mencurahkan perhatian saat mengajar. Setiap aktivitas yang guru lakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran secara otomatis akan menambah motivasi belajar siswa.
Tidak ada satu rumus dan formula instan yang dapat digunakan untuk memotivasi siswa. Kecuali kita memahami bahwa guru telah terdidik dan terlatih secara profesional dalam meningkatkan motivasi siswa. Secara ideal guru telah disiapkan dan terampil membangun cita-cita siswa.
Di samping guru, banyaknya faktor yang mempengaruhi motivasi siswa dalam belajar. Seperti yang diungkapkan oleh Bligh (1971) dan Sass (1989), motivasi siswa dalam belajar dipengaruhi oleh :
  • ketertarikan siswa pada mata pelajaran.
  • persepsi siswa tentang penting atau tidaknya materi tersebut
  • semangat untuk meraih pencapaian
  • kepercayaan diri siswa
  • penghargaan diri siswa
  • pengakuan orang lain
  • besar kecilnya tantangan
  • kesabaran
  • ketekunan
  • tujuan hidup yang hendak siswa capai.
Masing-masing siswa bisa dipengaruhi oleh faktor yang berbeda. Guru dapat mendorong siswa menjadi pembelajar mandiri yang bermotivasi tinggi melalui tips dan strategi berikut :
1. Menciptakan iklim belajar yang terbuka dan positif dengan menitikberatkan pada kebutuhan siswa saat ini, yaitu memenuhi apa yang menjadi motif awal ketertarikan mereka pada materi pelajaran.
2. Membuat siswa aktif berpartisipasi dalam pembelajaran. Siswa belajar dengan melaksanakan tindakan (doing), membuat (making), menulis (writing), merancang (designing), menciptakan (creating), dan memecahkan persoalan (solving). Kepasifan akan mengurangi motivasi dan keingintahuan siswa.
3. Mengajak siswa untuk menganalisis apa yang membuat kelas menjadi lebih atau kurang termotivasi. Hasil penelitian menyimpulkan setidaknya ada delapan karakteristik yang menjadi kontribusi utama pada motivasi siswa, yaitu :
  • antusiasme guru
  • relevansi materi pelajaran
  • pengaturan pengajaran
  • kesesuaian tingkat kesulitan materi
  • keterlibatan aktif siswa
  • keberagaman
  • hubungan antara guru dan siswa
  • penggunaan contoh yang sesuai, kongkrit dan mudah dipahami
4. Merancang tindakan pengajaran yang dapat memotivasi siswa
  • Menargetkan harapan yang tinggi tetapi realistik pada siswa
  • Membantu siswa merumuskan tujuan mereka
  • Memberitahukan siswa apa yang perlu mereka lakukan agar lulus mata pelajaran yang ada ajar dengan sukses
  • Membantu siswa menemukan manfaat dan pentingnya materi yang sedang dipelajari
  • Memperkuat motivasi diri siswa
  • Menghindari suasana kompetesi yang berlebihan antar siswa. Lebih baik mengarahkan siswa ke kompetisi kerja tim
  • Menunjukkan antusiasme Anda sebagai guru pada materi pelajaran
5. Merumuskan RPP yang dapat memotivasi siswa
  • Bertolak dari poin kekuatan dan ketertarikan siswa
  • Jika memungkinkan, memberikan pilihan pada siswa untuk menentukan bagian materi yang akan dibahas lebih mendalam
  • Meningkatkan level kesulitan belajar secara gradual sejalan dengan perkembangan semester
  • Memvariasikan cara Anda mengajar (role playing, debates, brainstorming, discussion, demonstrations, case studies, audiovisual presentations, guest speakers, atau small group work)
6. Mengurangi penekanan ke nilai
  • Memberikan penekanan pada pemahaman dan pembelajaran dibandingkan nilai
  • Menghindari penggunaan nilai sebagai ancaman
  • Merancang test yang mendorong siswa ke jenis pembelajaran yang Anda ingin dicapai oleh siswa. Jika ingin siswa belajar menghapal maka berikanlah soal hapalan. Namun, jika ingin siswa belajar menganalisis dan mengevaluasi, berikanlah soal yang mengarah ke sana.
7. Memotivasi siswa dengan menanggapi hasil kerja mereka
  • Memberikan umpan balik segera pada siswa
  • Memberikan penghargaan atas kesuksesan yang diraih
  • Menginformasikan kesuksesan kerja yang diraih teman mereka
  • Memberikan feedback negatif secara spesifik. Identifikasi kelemahan siswa terkait pada kinerjanya saat pengerjaan tugas, bukan pada siswa secara personal.
  • Menghindari komentar yang merendahkan diri siswa sehingga membuat mereka merasa tidak cakap.
  • Memberikan kesempatan bagi siswa untuk sukses dengan cara menugaskan hal yang tidak terlalu mudah maupun terlalu sulit.
  • Menghindari memberikan jawaban langsung pada pekerjaan rumah siswa. Berikan kesempatan pada siswa untuk berjuang menemukan jawaban
  • Membantu siswa merasa bahwa mereka adalah anggota yang berharga dalam komunitas belajarnya
8. Memotivasi siswa untuk membaca
  • Menugaskan siswa membaca materi bacaan setidaknya dua sesi sebelum dilakukan diskusi
  • Menugaskan siswa membuat pertanyaan dari bahan bacaan. sebagai reward, guru dapat mempertimbangkan pertanyaan siswa sebagai bahan ujian.
  • Menugaskan siswa untuk menuliskan beberapa kalimat yang dapat meringkas hasil bacaannya
  • Memberikan pertanyaan sederhana namun mendalam tentang bacaan tersebut. Sebagai contoh, Apakah kamu bisa memberikan satu atau dua poin dari bahan bacaan yang kamu anggap penting? atau Menurut kamu sub bab apa yang perlu kita review ulang dan diskusikan di kelas?
  • Mengadakan sesi membaca bersama di kelas secara bergantian
  • menyiapkan ujian untuk bahan yang tidak sempat didiskusikan
Uraian di atas mendeskripsikan secara singkat mengenai tips dan strategi memotivasi siswa. Tentunya rekan-rekan guru memiliki pengalaman dan permasalahan yang lebih nyata di lapangan. Semoga tips singkat ini dapat menggungah motivasi guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan tugas mendidik siswa sehingga produk belajar siswa Indonesia bisa lebih kompetitif di tengah persaingan mutu internasional.
Sumber referensi :
Bligh, D. A. What’s the Use of Lecturing? Devon, England: Teaching Services Centre, University of Exeter, 1971.
Davis, B.G. Motivating Students. http://honolulu.hawaii.edu/intranet/committees/FacDevCom/guidebk/teachtip/motiv.htm
M. Sobry Sutikno. PERAN GURU DALAM MEMBANGKITKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA. http://www.bruderfic.or.id/h-129/peran-guru-dalam-membangkitkan-motivasi-belajar-siswa.html.
Motivasi pada Siswa. http://psychemate.blogspot.com/2007/12/motivasi-pada-siswa.html
Sass, E. J. “Motivation in the College Classroom: What Students Tell Us.” Teaching of Psychology, 1989, 16(2), 86-88
Menarik untuk dicermati, sajian data yang dihimpun oleh Pusat Pengujian Balitbang Depdiknas menunjukkan, bahwa rata-rata NEM SD untuk beberapa mata pelajaran masih rendah (Matematika: 5,2, IPA : 6,17). Untuk SLTP ternyata lebih rendah lagi (Matematika: 5,2 dan IPA: 4,85). Begitu pula laporan dari Reading Literacy Study (1994) sungguh mengejutkan, bahwa kemampuan membaca siswa SD kelas IV di Indonesia berada di urutan kedua dari bawah dari sekitar 30 negara, sementara kemampuan IPA SLTA berada di urutan ke-33 dari 39 negara. (The Third International Mathematics and Science Study – Report, 1995).
Mengkritisi berbagai data dan laporan di atas, maka timbul beberapa pertanyaan dalam benak kita. Bagaimana proses pembelajaran yang selama ini berlangsung? Dan bagaimana pula action ‘sang guru’ kita saat di kelas? Pertanyaan ini mungkin menjadi otokritik, tentang sejauhmana para guru telah melakukan inovasi dalam pembelajarannya.
Ditengarai selama ini, masih banyak guru yang belum melaksanakan tugas mengajarnya dengan optimal. Kepala Dinas Pendidikan Jawa Tengah, Dr. Soebagyo Brotosedjati mengatakan, “Hingga kini masih banyak guru yang belum memenuhi standar kualifikasi pendidikan. Padahal salah satu kunci keberhasilan pendidikan terletak pada guru”. Menurut beliau masih ada sekira 47,5 % yang belum memenuhi standar kualifikasi sebagai guru.” (Suara Merdeka : 2002). Kenyataan ini begitu memilukan dan menjadi semacam “pil pahit” bagi dunia pendidikan. Sehingga tentu menjadi wajar sajian data di atas bahwa mutu pendidikan kita masih rendah.
Keberadaan guru dalam suatu proses pembelajaran sesungguhnya memiliki peran dan kedudukan yang signifikan. Dr. George Lozanov, seorang peneliti pendidikan dan tokoh Metode Pembelajaran Cepat dari Bulgaria berujar,” Pengaruh guru sangat jelas dalam kesuksesan siswa” (Lozanov : 1980). Pendapat yang hampir senada dikemukakan oleh pencetus Metode Belajar Quching (quantum teaching), Bobbi de Porter (2002) yang berpendapat bahawa guru itu sebagai penggubah keberhasilan belajar siswa.
Kedua pendapat tokoh tersebut barangkali ada benarnya, siswa akan lebih terkembangkan potensi, bakat dan minatnya manakala guru mampu membimbing dan mengarahkannya. Ketika di kelas, sebenarnya guru dituntut tidak hanya sebagai pen-transfer of knowledge ansich tetapi juga mampu memerankan diri sebagai pewaris nilai, pembimbing, fasilitator, rekan belajar, model, direktur dan motivator (Oemar Hamalik : 2001).
Pemahaman di atas bukan berarti guru sebagai sosok segala-galanya dan amat mendominasi. Siswa tetap diperlakukan sebagai subjek belajar yang memiliki kedudukan penting dalam proses pembelajaran.
Dengan berbagai atribut yanng sedemikian mulia namun sekaligus berat ini, maka menjadi sebuah keniscayaan (sine qua-non) bagi para guru untuk senantiasa melakukan berbagai inovasi dalam pembelajarannya. Kemampuan untuk melakukan inovasi ini tentu saja mensyaratkan sosok guru yang kreatif, produktif, cerdas, komitmen tinggi dan tidak merasa puas dengan keadaan yang sudah ada.

Inovasi Pembelajaran

Ketika mendengar kata inovasi, yang muncul di benak kita barangkali sesuatu yang baru, unik dan menarik. Kebaruan, keunikan dan yang menarik itu pada akhirnya membawa kemanfaatan. Pendapat tersebut nampaknya tidak salah, dalam arti manusia sebagai makhluk sosial yang dinamis dan tak puas dengan apa yang sudah ada akan selalu mencoba, menggali dan menciptakan sesuatu yang ‘ baru ‘ atau ‘ lain ‘ dari biasanya, Begitu pula masalah inovasi yang erat kaitannya dengan proses pembelajaran. Di mana proses pembelajaran melibatkan manusia (baca : siswa dan guru) yang memiliki karakteristik khas yaitu keinginan untuk mengembangkan diri, maju dan berprestasi.
Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi batasan, inovasi sebagai pemasukan atau pengenalan hal-hal yang baru, penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya baik berupa gagasan, metode atau alat (KBBI, 1990 : 330). Dari pengertian ini nampak bahwa inovasi itu identik dengan sesuatu yang baru, baik berupa alat, gagasan maupun metode. Dengan berpijak pada pengertian tersebut, maka inovasi pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu upaya baru dalam proses pembelajaran, dengan menggunakan berbagai metode, pendekatan, sarana dan suasana yang mendukung untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Hasbullah (2001) berpendapat bahwa ‘baru’ dalam inovasi itu merupakan apa saja yang belum dipahami, diterima atau dilaksanakan oleh si penerima inovasi.
Menurut Gagne (1975), setidaknya ada empat fungsi yang harus dilakukan guru kaitannya sebagai motivator. Pertama, arousal function atau membangkitkan dorongan siswa untuk belajar. Kedua, expectancy funtion yaitu menjelaskan secara kongkret kepada siswa apa yang dapat dilakukan pada akhir pengajaran. Ketiga, incentive function maksudnya guru memberikan ganjaran untuk prestasi yang dicapai dalam rangka merangsang pencapaian prestasi berikutnya dan keempat, disciplinary function bahwa guru membantu keteraturan tingkah laku siswa.
Keempat fungsi tersebut, selayaknya diperankan dengan tepat oleh guru dalam sebuah proses pembelajaran, sehingga diharapkan motivasi belajar siswa semakin lama akan semakin meningkat dan tinggi.

Contoh dan Bentuk Inovasi yang Sederhana

Perlu disadari bahwa pembelajaran merupakan suatu interaksi yang bersifat kompleks dan timbal-balik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Selayaknya siswa diberi kesempatan yang memadai untuk ikut ambil bagian dan diperlakukan secara tepat dalam sebuah proses pembelajaran.
Ditengarai bahwa dunia anak (baca : TK dan SD) merupakan dunia bermain, tetapi acapkali guru melupakan hal ini. Semestinya setiap guru dalam setiap proses pembelajarannya menciptakan suasana yang menyenangkan (fun), menggairahkan (horee), dinamis (mobile), penuh semangat (ekpresif) dan penuh tantangan (chalenge).
Oleh karena itu berbagai inovasi dapat dicoba untuk dikembannngkan walaupun amat sederhana. Beberapa bentuk inovasi yang sempat penulis cobakan, diantaranya:

Pembuatan yel-yel

Yel-yel ini biasanya dilakukan sebelum pembelajaran dimulai, guru mengajak siswa untuk bersama-sama mengucapkan beberapa yel yang telah diajarkan kepada mereka.
Tujuannya :
1. menumbuhkan semangat belajar siswa.
2. menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.
3. mewujudkan hubungan yang akrab antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.
Berbagai variasi yel dapat diciptakan oleh guru, dengan mengubah lagu tertentu yang sudah dihapal siswa serta menggunakan kepalan tangan, suara yang bersemangat, mimik muka serta kekompakan siswa dalam pengucapannya.
Penulis membagi pembuatan yel ini dalam dua bagian, yaitu yel-yel kelas, yang memberi semangat untuk pengkondisian kelas sehingga siswa siap belajar (apersepsi dan motivasi), dan yel-yel mata pelajaran yaitu memberi semangat untuk mengikuti pelajaran tertentu.
Di bawah ini, contoh-contoh yel yang telah dibuat dan dilakukan ketika akan dimulai proses pembelajaran.
Contoh Yel-yel kelas
KELASKU….KELASKU….KELASKU
YANG TERBAIKK… OK ! ALLOHU AKBAR !
AKU ANAK SHOLEH !!!!!!! ……………..
DEDEED….DEDEED…..DEDEED……….ALLOHU AKBAR !
Contoh yel-yel mata pelajaran
Pelajaran Matematika
MATE… MATE… MATIKU……MATEMATIKA
AKU SENANG BEL-LAJAR MATEMATIKA
YES !!!! ALLOHU AKBAR !
Pelajaran IPA
IPAAA….IPAA….IPAAA I PE A
ILMU,,,, PENGETAHUAN,,,, ALAM
IS THE BEST , OH YEE… ALLOHU AKBAR !
Pelajaran IPS
IPSSSSSS… IPSSSSSSSSSS…IPSSSSSSSSSSSS…
I LIKE IT …. I LIKE IT, OH LALA…. OH LALA
ALLOHU AKBAR !
Pelajaran Bahasa Indanesia
BI……….BI…………..BI…………………
WOW KERREEEN………ALLOHU AKBAR !
Semua yel-yel selalu diakhiri dengan lafadz takbir, sambil mengepalkan tangan kanan ke atas. Hal ini dimaksudkan untuk menanamkan nilai kepada siswa bahwa semua yang ada di dunia ini adalah kecil, yang maha besar dan maha angung hanyalah Alloh azza wa zalla, pemilik alam semesta dan pemberi ilmu pengetahuan.
Pemberian Reward
Berdasarkan pangalaman di lapangan, anak kelas bawah (baca : SD) amat senang apabila usaha belajarnya dihargai dan mendapat pengakuan dari guru, walaupun amat sederhana. Oleh karena itu, para guru nampaknya jangan terlalu pelit untuk menberikan penghargaan, selama dilakukan dengan memperhatikan waktu dan cara yang tepat. Penghargaan itu sendiri dapat dimaknai sebagai alat pengajaran dalam rangka pengkondisian siswa menjadi senang belajar.
Tujuannya:
1. mendorong siswa agar lebih giat belajar.
2. memberi apresiasi atas usaha mereka.
3. menumbuhkan persaingan yang sehat antar siswa untuk meningkatkan prestasi
Pemberian penghargaan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara dan sesuai kesempatan yang ada. Penulis membaginya dalam beberapa macam, yakni dalam bentuk ucapan, tulisan, barang/benda dan penghargaan khusus. Seyogyanya penghargaan ini dapat menjadi kebanggaan siswa akan eksistensi dirinya, yang nantinya meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi diri.
Penghargaan berupa ucapan.
Pemberian penghargaan ini dapat dilakukan dengan direncanakan terlebih daluhu atau bersifat spontan saja. Yang terpenting bahwa setiap siswa yang menunjukkan suatu usaha, maka layak dihargai. Pemberian pujian bagi siswa yang berpatisipasi aktif dalam proses pembelajaran, seperti kata-kata YESS ! (sambil mengancungkan jempol tangan), Excelent (dua jari membentuk huruf V), Thankyou Very Much (kedua tangan diacungkan ke atas) dll.
Penghargaan berupa tulisan.
Hal ini dapat dilakukan setiap hari, ketika siswa mengerjakan tugas atau PR. Penghargaan ini diberikan dengan cara guru menuliskan di buku catatan atau tugas siswa, berupa kata pujian, terutama bagi siswa yang berhasil mendapat nilai bagus (80-100). Kalimat pujian tersebut diantaranya “ selamat, you are the best student “ , “ Alhamdulillah, kamu anak pintar “ , “ pacu terus prestasimu “ ,
Penghargaan berupa barang/benda
Berbagai benda sebenarnya dapat dijadikan alat penghargaan, baik benda yang sudah ada maupun yang telah dimodifikasi/disiapkan.
Penulis misalnya memberikan penghargaan berupa bintang, terbuat dari kertas karton/asturo berukuran kecil bagi siswa yang mendapat nilai tinggi (80-100) baik latihan soal, tugas maupun PR.
Kalung medali pelajaran, terbuat dari gabus yang menyerupai sebuah medali dengan menggunakan tali warna. Medali dibuat khusus untuk setiap mata pelajaran, dan diberikan kepada siswa setiap selesai ulangan harian. Siswa yang mendapat nilai tertinggi dalam ulangan harian berhak menerima medali.
Sewaktu-waktu tidak ada salahnya apabila guru memberikan penghargaan berupa uang jajan, walaupun dengan nilai nominal yang relatif kecil. Bagi siswa terkadang bukan besar kecilnya uang tetapi kebanggaan mendapatkannya dari guru yang dicintainya.
Penghargaan khusus
Penghargaan ini sifatnya spontan dan insidental, di mana siswa yang berhasil menjawab dengan tepat pertanyaan dari guru dimungkinkan untuk istirahat atau pulang terlebih dahulu.
3. Pemberian sanksi
Dalam sebuah proses pembelajaran perlu ada semacam aturan main (rule of the game). Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik, termasuk perlu adanya sanksi yang disepakati bersama antara guru dengan siswa. Tetapi diupayakan dalam pemberian saknsi ini betul-betul bersifat pedagogis (mendidik).
Tujuannya :
1. terwujudnya kelas yang tertib, namun diupayakan tetap menyenangkan.
2. penanaman disiplin kepada anak.
3. mendidik siswa untuk bertanggung jawab terhadap apa yang telah dilakukan.
Kotak Soal
Dibuat dari bekas wadah susu atau makanan lain, yang berbentuk segi empat, kemudian dibungkus kertas kado, dengan warna yang menarik ditempel di dinding kelas sejumlah mata pelajaran, sehingga setiap mapel memiliki kotak soal tersendiri.
Tujuannya :
mendorong siswa agar senang mempelajari soal sesuai keinginannya setiap saat.
Memberi kesempatan memanfaatkan waktu luang untuk mempelajari soal-soal.
Soal ini dibuat dengan berbagai bentuk, seperti soal cerita, kuis, siapa aku, tanya jawab, dll. Di tulis di kertas asturo atau kertas lain dengan bentuk yang menarik.

Pokjar (Kelompok Belajar)

Siswa dibagi dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa, setiap kelompok dipilih satu ketua yang mampu memimpin dan membantu anggotanya.
Tujuannya :
Matih kerjasama antara siswa
Menanamkan jiwa kepemimpinan dan saling membantu
Terjadi pertukaran pengetahuan dan memungkinkan siswa yang sudah paham mengajari teman lainnya .
Dalam pelajaran tertentu, guru memberikan masalah kemudian siswa mendiskusikanya dalam kelompok. Adapun tempat pengerjaannya diserahkan sepenuhnya pada mereka, asal waktunya ditetapkan dengan jelas. Mereka boleh mengerjakan di kelas (in-door) atau diluar kelas (out-door) seperti perpustakaan, halaman sekolah, aula atau mushola.
Bagi kelompok yang berhasil meraih nilai tertinggi dan paling cepat, akan diberi penghargaan berupa bintang kelompok, yang nantinya ditempel di dinding dengan menggunakan gabus berukuran 100 cm x 75 cm. Gabus tersebut diberi tulisan “ Alhamdulillah, Mamah….. Mamah……….. inilah bintang kelompokku………”.
6. Perpustakaan Kelas
Penanaman kebiasaan membaca harus selalu ditumbuhkan. Kehadiran perpustakaan kelas merupakan salah satu strategi yang dapat dilakukan. Berbagai buku yang bersifat ringan dan dapat menggugah kreativitas siswa bisa dijadikan referensi. Majalah Bobo, Annida, Anak Sholeh, buku cerita, kisah sahabat dan petualangan hewan merupakan pilihan bagi mereka.
Tujuannya :
Menanamkan kebiasaan membaca sejak dini, karena membaca adalah kunci pengetahuan.
Memanfaatkan waktu luang secara baik.
Adapun sumber bukunya dapat diperoleh dari sumbangan siswa sendiri yakni membawa buku bacaan bekas dari rumah, membeli atau sumbangan.

Mading Kelas

Kehadiran majalah dinding (mading) kelas menjadi satu terobosan yang cukup baik. Diantara siswa ada yang dipilih menjadi pengurus mading. Mereka ada yang bertugas sebagai pimpinan redaksi, reporter, ilustrasi atau pencari berita.
Tujuannya :
Menampung hasil karya siswa berupa gambar, cerita/karangan, puisi, atau pengalaman pribadi.
Membiasakan siswa untuk menulis, segala ide, impian dan harapan dapat ditumpahkan dalam karya tulis.
Menumbuhkan semangat belajar dan membaca.
Biasanya siswa akan senang, apabila karyanya dilihat oleh teman-temannya. Hasil karya yang ditempel bisa saja sengaja dibuat oleh siswa di rumah atau hasil tugas mata pelajaran tertentu.
8. Setting Kelas
Untuk sekolah yang full day school kemungkinan besar siswa akan merasa jenuh dan capek berada terus di sekolah atau kelas. Oleh karena itu bagaimana menciptakan ruangan dan suasana kelas yang meminimalisir kejenuhan mereka.
Setting kelas dapat dilakukan oleh guru dengan cara penataan ruangan, pemasangan gambar, tulisan yang memotivasi, warna-warni yang menyolok, hiasan yang menggugah poster dll. Contohnya poster dapat ditempel di dinding kelas. Bunyi poster misalnya, “ BELAJAR ITU MUDAH DAN MENYENANGKAN “, “ MEMBACA MENJADI KEBUTUHANKU “, AKU INGIN MENJADI ANAK PINTAR DAN SHOLEH “, “ BELAJAR ITU IBADAH, BERPRESTASI ITU INDAH.”
Setiap minggu sekali, siswa diperbolehkan untuk berpindah tempat duduknya, sesuai keinginan mereka. Papan tulis, setiap semester sekali dapat dirubah posisinya, sesuai kesepakatan dengan siswa.
Mencatat dengan Peta Pikiran
Hasil temuan mutakhir menunjukan bahwa otak manusia memiliki kehebatan yang luar biasa, ada otak kiri dan otak kanan. Untuk mengembangkan kemampuan otak kanan yang penuh dengan imajinasi, siswa diajarkan cara menulis dengan menggunakan peta pikiran.
Tujuannya :
Mempermudah mengingat/menghapal materi pelajaran.
Menulis sambil menggambar disertai warna akan lebih menarik dan tidak jenuh.
Mengembangkan daya imajinasi dan kreatifitas anak.
Guru harus menyusun terlebih dahulu materinya yang sesuai. Siswa diberi kebebasan untuk mewarnai, menggambar dan membuatnya sendiri.
Penggunaan alat peraga
Alat peraga boleh dikatakan sebagai salah satu pendukung kesuksesan pembelajaran, karena dengan media ini biasanya pembelajaran menjadi lebih menarik. Berbagai media dapat dibuat guru walaupun sederhana.
Tujuannya :
Memperjelas materi yang disampaikan, karena siswa melihat secara langsung.
Menarik siswa sehingga penbelajaran lebih hidup dan dinamis.
Sebagai sarana untuk menambah pemahaman siswa tentang materi mata pelajaran, terutama media yang berupa permainan.
Media yang dapat dibuat misalnya kartu permainan perkalian. pembagian dan pengurangan. Angka gabus berwarna (matematika), fuzel IPA, PP IPA, kartu permainan IPA (IPA), PP IPS, mata angin, gambar, denah (IPS), kartu berpasangan, papan sinonim/antonim (B. Indonesia). Prinsip utama dari pembuatan alat peraga adalah dengan media maka pembelajaran lebih bermakna dan menggairahkan.
Pembelajaran sambil bermain
Kegiatan ini amat tergantung pada gurunya. Pembelajaran tidak harus selalu serius, siswa duduk manis semua di meja, mendengarkan ceramah guru dengan tidak boleh melirik kiri dan kanan. Sebenarnya dimungkinkan pembelajaran dengan mengadopsi berbagai permainan yang sering dilihat oleh anak-anak di TV seperti kuis siapa aku, tebaklah, siapa berani dll.
Selain itu guru bisa mengembangkan metode ini berdasarkan pengalaman di lapangan. Contohnya dalam pelajaran B. Indonesia, mengadakan permainan tebak kata, di mana setiap siswa menyiapkan kata yang telah dipahami artinya, kemudian dia mengemukakan huruf awal sambil menyebutkan ciri-cirinya. Permainan peribahasa, dengan cara melanjutkan peribahasa yang telah diucapkan siswa lain, apabila ada yang salah maka, dia maju ke depan untuk bernyanyi (nasyid).
Begitu banyak bentuk permainan yang dapat dilakukan oleh guru, dan kesemuanya bertujuan untuk lebih menarik siswa dalam pembelajaran.
PENUTUP
Inovasi pembelajaran merupakan sesuatu yang penting dan mesti dimiliki atau dilakukan oleh guru. Hal ini disebabkan karena pembelajaran akan lebih hidup dan bermakna. Berbagai inovasi tersebut diharapkan dapat memberikan motivasi kepada siswa agar lebih giat dan senang belajar.
Seperti yang telah dipaparkan, pada hakekatnya sifat inovasi itu amat relatif, dalam arti inovasi yang kita lakukan sebenarnya barangkali sudah tidak asing bagi orang lain. Tetapi sebagai seorang guru yang setiap hari berinteraksi dengan anak, maka tidaklah salah apabila terus-menerus melakkukan inovasi dalam pembelajaran.
Kemauan guru untuk mencoba menemukan, menggali dan mencari berbagai terobosan, pendekatan, metode dan sistem pembelajaran merupakan salah satu penunjang akan munculnya berbagai inovasi-inovasi baru yang segar dan mencerahkan.
Penulis memandang, tanpa dibarengi kemauan dari guru untuk selalu berinovasi dalam pembelajarannya, maka dimungkinkan pembelajaran akan dirasa menjenuhkan oleh siswa. Di samping itu, guru tidak akan terkembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal. Inovasi akhirnya menjadi sesuatu yang harus dicoba untuk dilakukan, sesederhana apapun.